A. Pesantren
1. Eksistensi: Sebagai pranata Islam tradisional
yang maih survival dan berperan sampai sekarang. Mengapa?
a. Sebagai sub-culture lingkungan sosial (indigenous).
b. Kemampuan melakukan Adjustment
(adaptasi kultural) tanpa melakukan pengorbanan terhadap watak
ketradisionalnya.
2. Fungsi Tradisional Pesantren
a. Transmisi ilmu pengetahuan Islam
b. Cagar budaya Islam
c. Kaderisasi Umala’
d. Agen pembaharuan, pemberdayaan dan perubahan
sosial.
3. Unsur primer dalam pesantren
a. Pola kepemimpinan Kyai
b. Sistem nilai
c. Literatur Universal
Penelitian Pesantren
Castles (1965):
Pesantren Gontor sebagai Perguruan/Madrasah dengan sistem asrama
Geertz (1960):
Pesantren sebagai sumber terbentuknya varian santri dengan segala nilai dalam
masyarakat Jawa
Stenbrink (1974):
Pesantren telah mencapai profesionalisme dalam bentuk spesialisasi bidang ilmu
keislaman tradisional
Horikhosi (1987):
Ada peran jelas dari kyai dan ulama dalam perubahan sosial di Garut
Bruuinessen
(1995): Pesantren memiliki intelektual genealogi (silsilah keilmuan) disamping
sebagai agen pertumbuhan Tarekat.
Pembaruan dalam konteks:
a. PI dan kaitannya dengan konsep ilmu
b. PI dlam transformasi sosial budaya
c. Strategi pengembangan melalui riset dan
evaluasi
d. Revitalisasi dan fungsionalisasi PI dalam
pengembangan IPTEK
e. Kebijakan pengembangan PTI
f.
Pembaharuan
Pesantren
g. Pengembangan Madrasah
h. Revitalisasi peranan Majlis Ta’lim
REVITALISASI PI DALAM KONTEKS IPTEK
ü Respon umat atas perkembangan iptek
Ekstrim,
Paradoks, tidak proporsional
1. Bersikap utopistik, optimistik berlebihan,
lazim dalam kehidupan modern.
2. Bersikap distopistik, pesimis dan cemas
berlebihan
Faktor
Penyebab:
a. Dikotomi antara ilmu dan agama
b. Pemaknaan iptek secara parsial
c. Tiadanya pemahaman filosofik-konseptual yang
adekuat tentang iptek
ü Pandangan proporsional:
1. Kehadiran dan perkembangan iptek sebagai suatu
“keharusan sejarah” (sunnatullah)
2. Iptek sebagai alat yang perlu dikendalikan
agar dalam perkembangannya tidak menjadi subyektivasi iptek maupun obyektivasi
manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mari kita membaca dengan hati plus mata