Oleh
MuFe El-Bageloka[1]
Seraut wajah gelisah mengiba
Menyusuri ruas-ruas jalan
Mencari belas kasihan untuk bertahan
Mengumpulkan kepingan sedikit demi sedikit
Demi sebuah kehidupan, demi sebuah tuntutan dan demi sebuah kemewahan
Kini mereka berjalan
Berpakaian lusuh dengan seraut wajah mengiba
Mereka terus meminta tanpa rasa
Tak kenal waktu, tak kenal tempat
Menyusuri jalan, mencari orang dermawan
Mereka terus mengiba hingga orang kasihan
Tujuan mereka cuma satu, agar orang menjadi relawan
Menjadi teman hingga berkorban
Katanya “Mas tolong mas, kasihani saya”
“BELUM MAKAN MAS” Tulisnya
Sekali lagi seraut wajah mereka sangat mengiba
Kita berkorban, mereka bersyukur
Membalas dengan tatapan cemas dan tersenyum
Mereka tetap memasang seraut wajah mengiba
Mereka pergi berlalu, entah bertemu siapa
Terlihat senyuman ceria di bibirnya
Entah karena apa?
Tetapi tampak di tangannya sebuah pemberian
Yang didapatkan dari belas kasihan
Duh Gusti
Mereka mengiba, tetapi diperas
Mereka mencari dengan segala cara yang khas
Untuk hidup di masa nan keras
Mereka tak tahu pergi kemana
Yang mereka tahu hanyalah mengiba
Memelas untuk seorang relawan
Apa yang harus mereka lakukan, apa yang harus mereka lakukan
Diam, tak mungkin
Mereka butuh pertolongan untuk hidup bahagia
Menikmati hidup di hari senja
Malang, 19 April 2014
Di kamar, masjid Al-Maun 11. 46 WIB
Ttd
Prof. Dr. M. Feri Firmansyah M.PdI
[1] [1] Nama
Pena dari M. Feri Firmansyah S.PdI, sang
pemimpi menjadi Prof. Dr. M. Feri Firmansyah M.PdI & King of Novelis (Sastrawan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mari kita membaca dengan hati plus mata