بسم لله الرحمن الرحيم
الحمدا لله رب
العلمين الصلا تو السلا م علئ الرسل لله، وبعد.....
قل لله تعلئ : يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم
مُّسْلِمُونَ -١٠٢-
Alhamdulillah, adalah
kata untaian kepada ALLAH Azzawajalla yang sangat pantas dan rasa yang patut
diutarakan pada-Nya adalah yaitu rasa syukur. Karena segala nikmat ALLAH
merupakan kelebihan hidup yang sangat istimewa dalam segala aspek kelebihan.
Menurut ulama ternama di dunia yaitu
Ibnu Qayyim Al-Jauziah : Penyakit ummat islam pada akhir zaman itu fitnah syubhat. Banyak ummat muslim yang
sejak lahir telah kabur akan arti dan ilmu islam, mereka telah buta akan
ketauhidan, contohnya saja orang muslim yang sangat takut terhadap orang kafir,
ini merupakan suatu keterpurukan aqidah yang ada pada kebanyakan ummat islam
pada masa sekarang ini, makanya ilmu islam pada masa sekarang sangat ditakuti
oleh orang-orang kafir agar ummat islam tetap pada kebodohan cara berfikirnya.
Disebut dalam hadits:
من خرفي طلب العلم
فهو في سبيل الله حتئ يرخعا
Barang siapa yang keluar
untuk ber-thalabul ‘ilmi, maka ia berada dijalan Allah sampai ia kembali
(pulang kerumahnya)
Siapa yang mau kalau orang musuh
kita berada pada satu jalur keberuntungan sedangkan diri kita berada pada suatu
keburukan dan dijamin celakanya. Itulah iblis yang tidak akan pernah senang
terhadap kebenaran suatu perilaku yang manis bagi bangsa orang-orang yang kafir
dan tolol, merasa dirinya yang sangat sempurna suatu mesombingan yang tiada
tara, menolak aturan Allah yang memang sudah disyari’atkan dimuka bumi ini
contohnya yaitu ketika Nabi Adam AS diciptakan sedangkan mereka diseru untuk
tunduk kepada manusia akan tetapi semua diluar kehendak Allah seolah iblis itu
lebih pintar dan menganggap Allah itu salah yang mengeluarkan pertentangan
terhadap Allah “Buat apa saya tunduk kepada Manusia sedangkan aku lebih
sempurna asal penciptaanya, kami dari golongan Api sedangkan Adam dari tanah
hitam yang sangat hina”. Na’udzubillahi min dzalik, seperti inikah dan sampai
situkah suatu perbuatan dan ucapan dari sosok hamba kepada tuhan yang
menciptakannya.
Seperti itulah manusia saat ini,
terlalu berani akan penentangan terhadap aturan Allah SWT. Menganggap seolah
aturan yang disyari’atkan dari Allah itu sebagai suatu penghalang hidupnya,
memangnya kita itu siapa, hidup saja menumpang di bumi Allah, makan saja hasil
rezki dari Allah, bernafas saja diberi dari Allah, namun kenapa rasa sombong
itu terkadang masih saja kita pelihara dalam hidup kita, selalu menawar hukum
syari’at sampai situkah rasa sombong kepada kita.? Hidup saja tidak ada rasa
sedikitpun hormat kepada Allah. Bahkan kita malah menyentuh suatu kehinaan yang
sangat hina bahkan bangga dalam kebodohan dan sangat merasa bisa sendiri akan
hidup kita, merasa paling paripurna terhadap keputusan kita yang dipenuhi hawa
nafsu, merasa hero karena takut terhadap orang kafir, memang itu sudah realita
kebodohan ummat islam saat ini, terlalu tunduk kepada penguasa yang dzolim,
musyrik, kafir,sombong, dsb. Masih banggakah kita terhadap pemimpin kita yang
sangat takut terhadap orang kafir, terlalu terlaknat hingga menghina aturan
hukum syari’at yang bahkan berkata kalau hukum Al-Qur’an yang dijadikan asas
dasar pemerintahan pada bangsa indonesia ini maka akan terjadi keguncangan
dalam memerintah, negara akan kacau, Na’dzu billahi tsumma na’udzubillah orang
seperti itu apanya yang harus ditakuti, apakah kita juga harus kafir pergi
meninggalkan Allah yang menjadi segala seseuatu bagi hidup ini.
Marilah kita kembali melihat sosok
pemuda yang berani menentang kedzoliman, yaitu Ash-habul kahfi mereka yang
sebelumnya hidup dalam detornator kepemimpinan penguasa dzolim dimana ke-7
pemuda tersebut merupakan para prajurit penting dalam kerajaan tersebut dan
hidupnya telah sangat berkecukupan dan ditanggung kerajaan, akan tetapi mereka
melihat, mempelajari arti hidup, bahkan menggerakkan kembali hatinya yang mati
untuk menyentuh ajaran tauhid yang sebenarnya hingga Allah memberikan mereka
pintu hidayah, akhirnya ketika para pemuda tersebut telah mencium aroma
kenikmatan tauhid mereka menentang para penebar bangkai pada kerajaan itu
akhirnya sampailah disuatu masa yang ia nantikan bahwa tauhid harus disebar
secara terang-terangan dihadapan raja yang dzolim tersebut. Dari seonggok kisah
tersebut kita seharusnya kembali bangkit dan sadar akan mimpi buruk ini,
bukankan Allah SWT telah menyempurnakan agama ini dengan sesempurna mungkin
kita kembali pada Al-qalam ilahirrahman pada surah Al-maidah ayat 3
الْيَوْمَ
أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ
الإِسْلاَمَ دِيناً
Sudah sangat jelas bahwa pada hari ini, yaitu hari yang terkhir diturunkannya firman Allah SWT. Agama islam menjadi suatu keridhaan dari sang malik, namun ummat muslim saja masih tidak tau, tidak faham apa itu islam, ketika dijelaskan apakah itu islam, kebanyakan malah membuat suatu pernyataan bahwa mangapa anda menjelaskan suatu yang konyol.? Inilah realita pada zaman sekarang, pantasan saja negeri ini mendapat banyak musibah, pelu kita ketahui segala musibah baik bencana alam, atau segala musibah terkhususnya itu semua ada karena kemungkaran itu sangat kental pada daerah yang tertimpa adzab tersebut, mengapa demikian.? Lihat firman Allah didalam surah Ibrahim ayat 7 :
وَإِذْ تَأَذَّنَ
رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي
لَشَدِيدٌ -٧-
Lalu apakah yang membuat kita sebagai
umat islam yang seharusnya bersyukur dan kembali pada syari’at Allah lalu
kemudian hati kita sangat berat untuk menjalankan hukum syari’at.? Mau jika
kita terkena adzab Allah yang sangat pedih.? Bayangkan saja ini baru adzab
didunia yang berupa tsunami, gempa, longsor, gunung meletus dsb. Ini semua belum
jika Allah sudah sangat murka melihat ciptaanya yang sangat durhaka. Kita saja
sebagai manusia yang jika mempunyai anak lalu anak tersebut melecehkan kita
betapa murka diri kita, apalagi Allah yang menciptakan kita, memberi segala
kebutuhan hidup kita tapi kita hanya diserukan untuk enjalankan syari’at islam
ini lalu diri kita menolak dan bahkan menghina aturan dari Allah tersebut.
Hati-hati dengan sikap yang berlebuhan dalam kesombongan seperti ini jangan
sampai kita menyasal dan merengek ketika adzab yang sebenarnya telah menimpa
diri kita
Sebagai hamba yang beriman, kita
semestinya membuka kembali pernyataan tentang kesempurnaan agama ini, yang
disebutkan Allah SWt dalam surah ali imran ayat yang ke 19
إِنَّ الدِّينَ
عِندَ اللّهِ الإِسْلاَمُ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوْتُواْ الْكِتَابَ إِلاَّ
مِن بَعْدِ مَا جَاءهُمُ الْعِلْمُ بَغْياً بَيْنَهُمْ وَمَن يَكْفُرْ بِآيَاتِ
اللّهِ فَإِنَّ اللّهِ سَرِيعُ الْحِسَابِ -١٩-
Didalam
firman tersebut, kita menjumpai kata “inna” yang bermakna sesungguhnya dalam
kehidupan kata sesungguhnya adalah merupakan suatu hal yang patent, tidak bisa
di ubah lagi kedudukannya dan dalam aturan hidup jika mengubah ketetapan atau
aturan yang telah ada maka sanksi-sanksi akan di timpa kepada diri kita,
kembali kepada ayat tersebut, setelah kata sesungguhnya ada kata “ad-din” yang
berarti agama, didalam aspek keagamaan pula disebutkan faktor terpentinh yang
memang harus dijalani ketetapannya, agama adalah penentu jalan hidup kita,
setelah kata tersebut disusul lagi dengan kata “Al-islam” yang berarti khusus
untuk islam dimana kalimat tersebut dilengkapi oleh ‘lam alif’ yang secara
penafsiran diartikan sebagai suatu karya yang teramat sangat dan diharuskan,
oleh karena itu ayat tersebut menjelaskan bahwa, sesungguhnya agama yang benar-benar
di ridhai atau di pilih Allah adalah agama islam ini, nah terus didalam islam
itu memiliki aturan-aturan yang patent, yang memang harus dikerjakan oleh ummat
islam, yaitu menjalankan syari’at islam yang sebenar-benarnya. Bagaimana cara
menjalankan syari’at tersebut yaitu satu caranya harus menjadikan Al_Qur’an
sebagai landasab dan pedoman hidup ‘abadan’ (selamanya). Tapi realita sekarang
ini, orang islam yang seharusnya menjalankan aturan islam secara kaffah dan
murni, malah melecehkan Al-Qur’an tersebut, menganggap A-Qur’an itu hanya
sebagai tambahan ibadah saja dan tidak layak untuk dijadikan landasan
undang-undang kehidupan karena zamannya sudah moderen, nah inilah pemahaman
orang yang ngakunya islam tapi hatinya kafir, ada lagi yang mengatakan bahwa
mereka tidak terima dikatakan kafir karena mereka memang islam dan yakin dengan
adanya Allah, pernyatann ini tidak beda denga keyakinan Fir’aun la’natullah,
Fir’aun itu percaya bahwa Allah itu ada
وَجَعَلْنَاهُمْ
أَئِمَّةً يَدْعُونَ إِلَى النَّارِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا يُنصَرُونَ -٤١-
Dan Kami Menjadikan mereka sebagai
pemimpin-pemimpin yang menyeru ke neraka, dan pada hari kiamat mereka tidak
akan diberi pertolongan
Wa ja‘alnāhum (dan Kami Menjadikan mereka), yakni
Kami Menghinakan mereka.
A-immatan (sebagai pemimpin-pemimpin),
yakni sebagai para dedengkot orang-orang kafir dan sesat.
Yad‘ūna ilan nāri (yang menyeru ke neraka), yakni yang
mengajak kepada kekafiran, kemusyrikan, dan penyembahan berhala-berhala.
Wa yaumal qiyāmati lā yuηsharūn (dan pada hari kiamat mereka
tidak akan diberi pertolongan), yakni tidak akan dibela
dari Azab Allah Ta‘ala.
Dan siapakah yang lebih zalim daripada
orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah, atau mendustakan
yang hak ketika datang kepadanya? Bukankah di dalam Jahannam itu terdapat
tempat bagi orang-orang kafir?
Wa man azhlamu (dan siapakah yang
lebih zalim), yakni siapakah yang lebih lancang dan berani terhadap Allah
Ta‘ala.
Mimmaniftara (daripada orang-orang
yang mengada-adakan), yakni yang mereka-reka.
‘Alallāhi kadziban (kebohongan terhadap Allah)
dengan menetapkan anak dan sekutu bagi-Nya.
Au kadz-dzaba bil haqqi (atau
mendustakan yang hak), yakni mendustakan Nabi Muhammad saw. dan al-Quran.
Lammā jā-ah (ketika datang kepadanya), yakni ketika Nabi
Muhammad saw. datang kepadanya dengan membawa al-Quran.
A laisa fī jahannama matswal (bukankah di dalam
Jahannam terdapat tempat), yakni tempat kediaman.
Lil kāfirīn (bagi orang-orang kafir), yakni Abu Jahl dan kawan-kawannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mari kita membaca dengan hati plus mata