2. definisi,
ciri dan faktor yang mendukung kecerdasan spiritual
a.
Pengertian
kecerdasan spiritual
Menurut Munandir ( 2001 : 122 ) kecerdasan spritual tersusun dalam
dua kata yaitu “kecerdasan” dan “spiritual”. Kecerdasan adalah kemampuan
seseorang untuk memecahkan masalah yang dihadapinya, terutama masalah yang
menuntut kemampuan fikiran. Berbagai batasan-batasan yang dikemukakan oleh para
ahli didasarkan pada teorinya masing - masing. Selanjutnya Munandir menyebutkan
bahwa Intelegence dapat pula diartikan sebagai kemampuan yang berhubungan
dengan abstraksi - abstraksi, kemampuan mempelajari sesuatu, kemampuan
menangani situasi - situasi baru.
Sementara itu Mimi Doe dan Marsha Walch mengungkapkan bahwa
spiritual adalah dasar bagi tumbuhnya harga diri, nilai - nilai, moral, dan
rasa memiliki. Ia memberi arah dan arti bagi kehidupan kita tentang kepercayaan
mengenai adanya kekuatan non fisik yang lebih besar dari pada kekuatan diri
kita; Suatu kesadaran yang menghubungkan kita langsung dengan Tuhan, atau apa
pun yang kita namakan sebagai sumber keberadaan kita. Spiritual juga berarti
kejiwaan, rohani, batin, mental, moral.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa definisi
"Kecerdasan Spiritual adalah kemampuan potensial setiap manusia yang
menjadikan ia dapat menyadari dan menentukan makna, nilai, moral, serta cinta
terhadap kekuatan yang lebih besar dan sesama makhluk hidup, karena merasa sebagai
bagian dari keseluruhan". Sehingga membuat manusia dapat menempatkan diri
dan hidup lebih positif dengan penuh kebijaksanaan, kedamaian, dan kebahagiaan
yang hakiki.
b.
CIRI - CIRI
KECERDASAN SPIRITUAL
Mahayana
menyebutkan beberapa ciri orang yang mempunyai kecerdasan spritual yang tinggi,
antara lain :
1.
Memiliki prinsip dan visi yang kuat
Prinsip adalah kebenaran yang dalam dan mendasar ia sebagai pedoman
berperilaku yang mempunyai nilai yang langgeng dan produktif. Prinsip manusia
secara jelas tidak akan berubah, yang berubah adalah cara kita mengerti dan
melihat prinsip tersebut. Semakin banyak kita tahu mengenai prinsip yang benar
semakin besar kebebasan pribadi kita untuk bertindak dengan bijaksana.
Paradigma adalah sumber dari semua tingkah laku dan sikap, dengan
menempatkan kita pada prinsip yang benar dan mendasar maka kita juga
menciptakan peta atau paradigma mendasar mengenai hidup yang benar, dan pada
ujung - ujungnya adalah hidup yang efektif.
2.
Kesatuan dan keragaman
Seorang
dengan spiritualitas yang tinggi mampu melihat ketunggalan dalam keragaman. Ia
adalah prinsip yang mendasari SQ, sebagaimana Tony Buzan dan Zohar menjelaskan
pada pemaparan yang telah disebutkan diatas. Tony Buzan mengatakan bahwa
“kecerdasan spiritual meliputi melihat gambaran yang menyeluruh, ia termotivasi
oleh nilai pribadi yang mencangkup usaha menjangkau sesuatu selain kepentingan
pribadi demi kepentingan masyarakat”.
3.
Memaknai
Makna
bersifat substansial, berdimensi spiritual. Makna adalah penentu identitas
sesuatu yang paling signifikan. Seorang yang memiliki SQ tinggi akan mampu
memaknai atau menemukan makna terdalam dari segala sisi kehidupan, baik karunia
Tuhan yang berupa kenikmatan atau ujian dari-Nya, ia juga merupakan manifestasi
kasih sayang dari-Nya. Ujiannya hanyalah wahana pendewasaan spiritual manusia.
Mengenai
hal ini Covey meneguhkan tentang pemaknaan dan respon kita terhadap hidup. Ia
mengatakan ”cobalah untuk mengajukan pertanyaan terhadap diri sendiri: Apa yang
dituntut situasi hidup saya saat ini; yang yang harus saya lakukan dalam
tanggung jawab saya, tugas-tugas saya saai ini; langkah bijaksana yang akan
saya ambil?”. Jika kita hidup dengan menjalani hati nurani kita yang berbisik
mengenai jawaban atas pertanyaan kita diatas maka, “ruang antara stimulus dan
respon menjadi semakin besardan nurani akan makin terdengar jelas”.
4.
Kesulitan dan penderitaan
Pelajaran
yang paling berarti dalam kehidupan manusia adalah pada waktu ia sadar bahwa
itu adalah bagian penting dari substansi yang akan mengisi dan mendewasakan
sehingga ia menjadi lebih matang, kuat, dan lebih siap menjalani kehidupan yang
penuh rintangan dan penderitaan. Pelajaran tersebut akan menguhkan pribadinya
setelah ia dapat menjalani dan berhasil untuk mendapatkan apa maksud terdalam
dari pelajaran tadi. Kesulitan akan mengasah menumbuh kembangkan, hingga pada
proses pematangan dimensi spiritual manusia. SQ mampu mentransformasikan
kesulitan menjadi suatu medan penyempurnaan dan pendidikan spiritual yang
bermakna. SQ yang tinggi mampu memajukan seseorang karena pelajaran dari
kesulitan dan kepekaan terhadap hati nuraninya.
c.
pengukuran kecerdasan spiritual
Menurut
Khavari terdapat tiga bagian yang dapat kita lihat untuk menguji tingkat
kecerdasan spritual seseorang, seperti :
1.
Dari sudut pandang spiritual keagamaan (relasi vertikal, hubungan dengan yang
Maha Kuasa).
·
Sudut pandang
ini akan melihat sejauh manakah tingkat relasi spritual kita dengan Sang
Pencipta, Hal ini dapat diukur dari “segi komunikasi dan intensitas spritual
individu dengan Tuhannya”. Menifestasinya dapat terlihat dari pada frekwensi
do’a, makhluq spritual, kecintaan kepada Tuhan yang bersemayam dalam hati, dan
rasa syukur kehadirat-Nya. Khavari lebih menekankan segi ini untuk melakukan
pengukuran tingkat kecerdasan spritual, karena ”apabila keharmonisan hubungan
dan relasi spritual keagamaan seseorang semakin tinggi maka semakin tinggi pula
tingkat kualitas kecerdasan spritualnya”.
2. Dari sudut pandang relasi sosial keagamaan.
• Sudut pandang ini melihat konsekwensi
psikologis spritual-keagamaan terhadap sikap sosial yang menekankan segi
kebersamaan dan kesejahteraan sosial. Kecerdasan spiritual akan tercermin pada
ikatan kekeluargaan antar sesama, peka terhadap kesejahteraan orang lain dan
makhluk hidup lain, bersikap dermawan. Perilaku marupakan manifestasi dari
keadaan jiwa, maka kecerdasan spritual yang ada dalam diri individu akan
termanifestasi dalam perilakunya. Dalam hal ini SQ akan termanifestasi dalam
sikap sosial. Jadi kecerdasan ini tidak hanya berurusan dengan ke-Tuhanan atau
masalah spiritual, namun akan mempengaruhi pada aspek yang lebih luas terutama
hubungan antar manusia.
c.
Dari sudut pandang etika sosial.
• Sudut pandang ini dapat menggambarkan
tingkat etika sosial seb
3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mari kita membaca dengan hati plus mata