12 Apr 2014

LEMBAGA PENDIDIKAN PESANTREN

A.    Pesantren
1.    Eksistensi: Sebagai pranata Islam tradisional yang maih survival dan berperan sampai sekarang. Mengapa?
a.    Sebagai sub-culture lingkungan sosial (indigenous).
b.    Kemampuan melakukan Adjustment (adaptasi kultural) tanpa melakukan pengorbanan terhadap watak ketradisionalnya.

2.    Fungsi Tradisional Pesantren
a.    Transmisi ilmu pengetahuan Islam
b.    Cagar budaya Islam
c.    Kaderisasi Umala’
d.    Agen pembaharuan, pemberdayaan dan perubahan sosial.
3.    Unsur primer dalam pesantren
a.    Pola kepemimpinan Kyai
b.    Sistem nilai
c.    Literatur Universal

Penelitian Pesantren
     Castles (1965): Pesantren Gontor sebagai Perguruan/Madrasah dengan sistem asrama
     Geertz (1960): Pesantren sebagai sumber terbentuknya varian santri dengan segala nilai dalam masyarakat Jawa
     Stenbrink (1974): Pesantren telah mencapai profesionalisme dalam bentuk spesialisasi bidang ilmu keislaman tradisional
     Horikhosi (1987): Ada peran jelas dari kyai dan ulama dalam perubahan sosial di Garut
     Bruuinessen (1995): Pesantren memiliki intelektual genealogi (silsilah keilmuan) disamping sebagai agen pertumbuhan Tarekat.


Pembaruan dalam konteks:
a.    PI dan kaitannya dengan konsep ilmu
b.    PI dlam transformasi sosial budaya
c.    Strategi pengembangan melalui riset dan evaluasi
d.    Revitalisasi dan fungsionalisasi PI dalam pengembangan IPTEK
e.    Kebijakan pengembangan PTI
f.    Pembaharuan Pesantren
g.    Pengembangan Madrasah
h.    Revitalisasi peranan Majlis Ta’lim

REVITALISASI PI DALAM KONTEKS IPTEK
    Respon umat atas perkembangan iptek
Ekstrim, Paradoks, tidak proporsional
1.    Bersikap utopistik, optimistik berlebihan, lazim dalam kehidupan modern.
2.    Bersikap distopistik, pesimis dan cemas berlebihan   
Faktor Penyebab:
a.    Dikotomi antara ilmu dan agama
b.    Pemaknaan iptek secara parsial
c.    Tiadanya pemahaman filosofik-konseptual yang adekuat tentang iptek
    Pandangan proporsional:
1.    Kehadiran dan perkembangan iptek sebagai suatu “keharusan sejarah” (sunnatullah)
2.    Iptek sebagai alat yang perlu dikendalikan agar dalam perkembangannya tidak menjadi subyektivasi iptek maupun obyektivasi manusia.
    PENGENDALIAN ARAH PERKEMBANGAN IPTEK



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari kita membaca dengan hati plus mata