12 Apr 2014

Format Loparan PPL; Nyantai tapi Resmi

BAB 1
ANALISIS PROSES KEGIATAN PEMBELAJARAN
A. Proceding FGD & Technical Meeting Kelompok
Pada tanggal 14 September setelah rapat dengan WAKA Kurikulum di kantor guru, maka saya dan teman-teman satu kelompok melakukan FGD dan technical Meeting guna membahas hal-hal yang terkait dengan tugas dari sekolah yang baru saja kami dapatkan dari WAKA Kurikulum serta tugas dari kampus yang berupa Lesson Study.

Adapun dalam rapat tersebut kami membahas beberapa hal, di antaranya adalah:
1. Membuat jadwal  pembahasan RPP
2. Membuat jadwal piket di sekolah yang meliputi: piket perpustakaan, piket TU, piket ruang UKS, piket KBM.

Dalam rapat tersebut, Amir selaku ketua koordinator PPL memimpin rapat tersebut sehingga berjalan denagn baik dan lancar serta teratur. Dalam proses rapat utamanya membahas tentang jadwal pertemuan guna membahas RPP, maka saya mengusulkan hari minggu. Kemudian teman-teman menyetujuinya. Sedangkan Aini mengusulkan waktu atau jamnya yaitu jam 14.00 . sedanghkan Mia mengusulkan tempatnya di masjid AR.Fachruddin.  
Adapun untuk pembuatan jadwal piket di sekolah, maka teman-teman menyuruh mia untuk membuatnya. Saya, Amir, dan Aini pasrah ditempatkan di manapun dan pada hari apapun.

B. Proceding Penggalian Akademik
Dalam proses penggalian akademik, saya selalu ikut masuk ke dalam kelas ketika teman-teman mengajar dalam rangka untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh guru praktikan dan siswa sehingga bisa dijadikan pertimbangan dalam penyusunan RPP.
Ketika berada di dalam kelas, saya selalu memperhatikan aktifitas guru dan siswa, utamanya respon siswa dan perilaku siswa ketika guru praktikan mengajar.
Saya selalu duduk di belakang denagn maksud untuk lebih memudahkan saya dalam melihat situasi dan kondisi pembelajaran di kelas. 

C. Proceding Siklus I:
1. Perencanaan Pembelajaran dan Persiapan Alat
Dalam proses pembuatan dan perencanaan RPP, saya tidak mengalami kesulitan dan hambatan di dalamnya sehingga bisa berjalan dengan baik dan lancar. Adapun sumber atau referensi yang saya gunakan adalah buku paket dan internet. Tetapi saya lebih banyak mengambil dari buku paket yang dijadikan buku pegangan guru dan siswa.
Adapun yang terkait dengan penyiapan media dan alat, maka saya menyipakannya sebelum mengajar. Misalnya alat tulis spidol, maka saya meminjam ke ruang TU karena hal-hal yang berhubungan dengan alat tulis maka semuanya ada di TU. sedangkan buku paket sendiri, guru pamong meminjamkannya kepada saya selama PPL berlangsung sehingga saya tidak kebingungan dalam mencari referensi dan tidak perlu juga meminjam buku paket ke perpustakaan.

2. Lesson Study 1: “Kritik dan subang-saran terhadap RPP 1 teman”
Pada hari minggu tanggal 2 Oktober di masjid AR. Fachruddin lantai 1 (satu), kami melakukan lesson study yang pertama yaitu pembahasan RPP yang telah dirancang dan dibuat oleh teman-teman sebelum kami mengajar. 
Adapun dalam proses pembahasan RPP, saya mempresentasikan RPP yang telah saya buat dan rancang sebelumnya. Teman-teman begitu antusias menyimak dan memperhatikan dengan seksama presentasi saya. Meskipun teman-teman dalam keadaan duduk santai di atas lantai, ada yang duduk bersilah dan ada juga yang duduk selonjor.
Menurut pengamatan saya, ada beberapa teman yang belum bisa membedakan antara hasil belajar dan indikator hasil belajar sehingga dalam RPP nya antara keduanya disamakan. Akibatnya, redaksi indicator hasil belajarnya tidak bisa diukur ketercapaiannya.
Adapun sumbangsih kritik dan saran yang diberikan oleh teman-teman sebagai berikut:
a. Amir Rifa’i:
• ada kesalahan tulisan di RPP yaitu ada kalimat dapat yang ditulis dua kali.
• Untuk Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar sudah bagus, tapi mungkin tidak semua siswa disuruh membaca karena melihat kondisi siswanya yang susah diatur.
b. Samiani
• Tidak ada krtik dan saran
c.Nuraini Agustini:
• Tidak ada saran dan kritik

3. Lesson Study 2: Pelaksanaan Pembelajaran dan Pengamatan Rekan Sejawat.
Dalam proses pengamatan di kelas, teman-teman berada di bangku paling belakang dan mereka mengamati dan memperhatikan dengan seksama apa saja yang dilakukan oleh praktikan dan sesekali mereka melihat RPP dengan tujuan apakah proses belajar yang dilakukan oleh praktikan sesuai dengan RPP yang telah dibuat dan direncanakan.


Adapun dalam proses pembelajaran, praktikan berusaha untuk menerapkan RPP ke dalam pembelajaran. Ketika dalam pelaksanaan diskusi, ada beberapa siswa yang bicara sendiri di bangku belakang namun praktikan sudah menegur dan memperingatkan kepada siswa tersebut agar memperhatikan temannya yang sedang presentasi di depan.

4. Lesson Study 3: “Refleksi Siklus I”
Dari proses perencanaan RPP sampai proses pembelajaran yang dilakukan di kelas, maka ada beberapa rekomendasi yang bisa dihasilkan:
a. Dalam proses pembuatan RPP, maka kita harus mengetahui dan memahami perbedaan antara hasil belajar dengan indikator hasil belajar. Sehingga tidak tercampur baur antara hasil belajar dengan indikator hasil belajar. 
b. Dalam proses pembelajaran di kelas, hendaklah seorang guru memiliki sikap yang tegas sehingga wibawa guru bisa terjaga dan dihormati.

D. Proceding Siklus II:
1. Perencanaan Pembelajaran dan Persiapan Alat
Untuk perencanaan dan pembuatan RPP utamanya tentang materi, maka saya tidak mengalami kesulitan. Namun dalam menentukan metode dan media maka saya membutuhkan refleksi yang agak lama lantaran mempertimbangkan karakteristik siswa serta rekomendasi dari lesson study yang pertama.
Adapun yang terkait dengan persiapan media dan alat, maka sebelum mengajar, saya mempersiapkan white board, dan spidol di masjid lantaran tempat pembelajaran saya tempatkan di masjid bukan di kelas. Sebelumnya ada kendala dalm penyiapan spidol lantaran ketika saya meminjam ke TU maka spidolnya tidak ada, untungnya ada salah satu teman saya yang membawa spidol. Sehingga saya bisa meminjamnya.

2. Lesson Study 4: “Kritik dan subang-saran terhadap RPP 2 teman”
Saya dan teman-teman melakukan kegiatan lesson study yang kedua yaitu membahas tentang RPP yang sudah dibuat dan direncanakan. Adapun tempatnya di ruang PPL kami.
Ketika saya mempresentasikan hasil RPP yang saya buat teman-teman mendengarkannya sembari mengoreksi RPP saya. Setelah presentasi sudah selesai, teman saya yang bernama Amir Rifa’i memberikan saran dan kritikan terhadap RPP yang saya buat, di antaranya adalah:
1. Banyak tulisan yang salah ketik, misalnya: QS. Al-Ankabut ditulis QS. Az-Zukhruf. Kemudian kata hasil ditulis hasul.
2. Diusahakan dalam mengetik agar lebih teliti dan berhati-hati lagi.
Sedangkan untuk samiani dan nuraini tidak memberikan saran
3. Lesson Study 5: Pelaksanaan Pembelajaran dan Pengamatan Rekan Sejawat.
Kali ini praktikan tidak melakukan proses pembelajaran di kelas, melainkan di masjid dengn pertimbangan agar siswa tidak bosan dengan suasana belajar di kelas serta siswa biar lebih semangat dan refresh lantaran tempat belajarnya di masjid.
Pada awal proses pembelajaran siswa begitu antusias dan semangat dalam mengikuti pelajaran lantaran sebelum dimulai pelajarannya, praktikan memberikan ice breaking kepada siswa sehingga siswa senang dan menjadi refresh kembali.
Ketika waktu berdiskusi, para siswa membentuk lingkaran kecil sehingga sangat efektif dalam berdiskusi, di samping itu, mereka terlihat lebih antusias dan semangat, namun setelah diskusi berjalan agak lama, maka ada beberapa siswa yang tidur-tiduran, ngobrol sendiri, dll. Kondisi tersebut tidak dibiarkan oleh praktikan, praktikan menegurnya dengan baik-baik agar siswa tidak tidur-tiduran serta tidak ngomong sendiri-sendiri.
4. Lesson Study 6: “Refleksi Siklus II”
Terkait dengan proses mengajar praktikan, sebenarnya praktikan sudah berusaha dengan maksimal untuk menerapkan konsep mengajar yang ada di RPP ke dalam pembelajaran. Namun tidak selamanya, rencana tersebut berjalan 100% mungkin berkisar 85%  sampai 90%. Hal itu terjadi lantaran beberapa sebab, di antaranya adalah
a. Karakteristik siswa kelas XI tergolong susah dan sulit diatur.
b. Siswa kurang memiliki rasa hormat dan menghargai seorang guru yang mengajar.
c. Kurangnya semangat siswa dalam menuntut ilmu.
Namun tidak semua siswa memiliki karakteristik seperti di atas, hanya 5 siswa saja yang tidak memiliki karakteristik seperti di atas.
Adapun saran perbaikan untuk sebagai rekomendasi pada lesson study yang akan datang adalah sebagai berikut:
a. Praktikan harus memiliki koleksi banyak metode
b. Praktikan harus memiliki koleksi banyak ice breaking.
c. Praktikan harus memiliki cara tersendiri untuk mengelola kelas utamanya terhadap anak-anak yang bandel, dan nakal.



E. Proceding Siklus III:
1. Perencanaan Pembelajaran dan Persiapan Alat
Alhamdulillah dalam poses penyusunan RPP untuk siklus yang ketiga saya tidak mengalami kesulitan namun ada sedikit perbedaan dari RPP yang sebelumnya, yaitu RPP kali ini didesain menjadi 2 kali pertemua, jadi satu RPP digunakan dalam dua kali pertemuan yaitu untuk lesson study siklus 3 dan 4, namun di dalam nya ada pertemuan pertama dan kedua. Pertemuan pertama dimaksudkan untuk siklus 3 sedangkan pertemuan kedua dimaksudkan untuk siklus keempat. Jadi sejatinya hampir sama dengan RPP yang sebelumnya cuman ini didesain 2 kali pertemuan.
Hal tersebut terjadi lantaran bobot materinya lebih banyak dan tingkat kesukarannya juga lebih tinggi dibandingkan denagn materi-materi sebelumnya. 
Adapun untuk persiapan media dan alat, saya hanya mempersiapkan spidol saja lantaran di dalam kelas sudah tersedia papan tulis, white board, dan kapur. Sehingga persiapan media bisa dikatakan maksimal dan tidak ada kendala. Dan yang perlu diketahui bahwa untuk proses pembelajarannya tidak lagi di masjid namun kembali lagi di kelas.
2. Lesson Study 7: “Kritik dan subang-saran terhadap RPP 3 teman”
Sebagaimana consensus yang telah dibuat di kelompok kami bahwa setiap hari minggu setalah ashar kami menagdakan rapat guna membahas RPP yang telah dirancang sama teman-teman.
Adapun kondisi teman-teman pada waktu itu masih tetap semangat dan ceria. Pada waktu saya mempresentasikan RPP yang saya buat, Alhamdulillah teman-teman mendengarkan dan memperhatikan presentasi saya, meskipun Aini duduknya sambil silah dan terlihat santai sekali namun perhatiannya tetap tertuju kepada saya. Mia duduknya dengan selonjor sedangkan amir duduknya dengan bersilah meskipun sekali-sekali Amir menggoda Aini.
Meskipun forum tersebut dikatakan forum yang serius namun kami sesekali mengisinya dengan gurauan dan canda sehingga suasananya tidak tegang terus. Dan dari situlah kami terlihat seakan-akan kami menjadi satu keluarga.
Adapun untuk kritik dan saran, amir memberikan saran dan kritik terhadap RPP yang saya buat, di antaranya adalah:
- Materinya terlalu banyak
- Dari hasil belajar kemungkinan hanya beberapa yang terbaca
- Untuk indikator hasil belajar terlalu banyak sehingga ditakutkan waktunya tidak mencukupi

3. Lesson Study 8: Pelaksanaan Pembelajaran dan Pengamatan Rekan Sejawat.
Untuk proses pembelajaran pada siklus ketiga, praktikan melaksanakannya di kelas, meskipun sebelumnya pada siklus kedua praktikan menggunakan masjid sebagai tempat belajar mengajar. Adapun kondisi belajar siswa pada waktu cukup efektif dan optimal lantaran praktikan mendesain pembelajaran seperti perlombaan cerdas cermat. Namun sebelum perlombaan cerdas cermat yang berkaitan dengan materi pelajaran dimulai, praktikan memberikan materi terlebih dahulu kepada mereka, misalnya materi membaca, menerjemahkan dan menulis QS. Al-Furqan (25): 45,46,47,48,49,50. Setelah mereka mendapatkan materinya, maka praktikan  membagi siswa ke dalam 3 kelompok.
Setelah siswa terbentuk 3 kelompok, maka  praktikan memberikan waktu sekitar 10-15 menit kepada masing-masing kelompok untuk mempelajari tulisan dan terjemahan QS. Al-Furqan (25): 45,46,47,48,49,50.
Setelah mereka mempelajarinya maka, praktikan, maka praktikan membagikan 1 lembar kertas kecil kepada masing-masing siswa dengan tujuan kertas tersebut sebagai tiket untuk menjawab pertanyaan praktikan, jika siswa mau menjawab maka ia harus memberikan kertas tersebut kepada praktikan. Jika sudah tidak memiliki kertas maka dia tidak boleh menjawab pertanyaan.
Cara tersebut dilakukan untuk menghindari monopoli siswa-siswa tertentu sehingga semua siswa bisa ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.
Alhamdulillah siswa sangat antusias dan semangat dalam mengikuti pembelajaran di kelas dengan metode seperti itu, hal itu terlihat dari raut wajah mereka dan semangat mereka dalam menjawab pertanyaan. Ketika waktu pelajaran sudah habis mereka mintak diperpanjang lagi karena masih ingin bersaing dengan kelompok-kelompok yang lainnya.
4. Lesson Study 9: “Refleksi Siklus III”
Dalam proses pembelajaran pada siklus ketiga ini bisa dikatakan ada peningkatan dari sebelumnya, hal itu terlihat dari antusias dan semangat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dan memintak tambahan waktu pelajaran. 
Namun hal itu bukan berarti tidak ada kritik dan saran dari teman-teman sejawat. Adapun kritik dan saran dari teman-teman sebagai berikut:
a. Amir:
- Praktikan agar lebih memperjelas pertanyaanya sehingga siswa bisa lebih faham
- Usahakan ada variasi mengajar
b. Mia:
- Praktikan agar lebih memperhatikan siswa yang kurang semangat dalam mengikuti pembelajaran serta memberi semangat kepadanya.
c. Aini:
- Praktikan Jangan terlalu formal dalam mengajar tapi buatlah suasana santai.


F. Proceding Siklus IV:
1. Perencanaan Pembelajaran dan Persiapan Alat
Sebagaimana yang saya sampaikan sebelumnya yaitu pada siklus ketiga, bahwa pembuatan RPP untuk siklus ketiga dan keempat menjadi satu sehingga keterangan pada siklus keempat terkait dengan pembuatan RPP sama dengan siklus ketiga.
Adapun tentang persiapan alat dan media pembelajaran, maka sebagaimana biasanya, saya meminjam spidol ke ruang TU sebelum mengajar, sedangkan untuk alat dan media pembelajaran yang lain seperti papan tulis, white board, kapur, sudah ada di dalam kelas. Sehingga dalam mempersiapkannya saya tidak mengalami kesulitan lantaran media dan alat pembelajaran sudah tersedia di sekolah.
2. Lesson Study 10: “Kritik dan subang-saran terhadap RPP 4 teman”
Sebagaimana kegiatan rutin yang dilakukan oleh kelompok kami yaitu mengadakan rapat setiap hari minggu setelah ashar guna membahas RPP yang telah dibuat dan dirancang oleh teman-teman.
Karena RPP siklus keempat jadi satu dengan siklus ketiga maka teman-teman tidak memberikan saran dan kritik lantaran RPP nya sudah dibahas pada minggu yang lalu.
Adapun yang terkait dengan kondisi dan situasi teman-teman pada waktu itu, saya, Amir, dan Mia dibuat tertawa sama Aini lantaran dia sering mengucapkan bahasa-bahasa Korea yang hanya dipahami oleh Aini sedangkan teman-teman yang laintidak memahaminya, namun meskipun demikian, kedengaran lucu bahasa Negara tersebut sehingga kami tertawa terbahak-bahak.  
3. Lesson Study 11: Pelaksanaan Pembelajaran dan Pengamatan Rekan Sejawat.
Proses pembelajaran kali ini, praktikan menggunakan metode diskusi yang mana setiap kelompok diberi topik pembahasan yang berbeda antara kelompok satu dengan yang lainnya. Namun sebelumnya, guru praktikan membagi siswa menjadi 3 kelompok kemudian praktikan memberikan topic pembahasan kepada masing-masing kelompok.
Di tengah proses diskusi, guru praktikan mengontrol jalannya diskusi siswa serta memberikan bimbingan dan arahan tentang tatacara diskusi yang baik yang bisa melibatkan seluruh anggota kelompok, layaknya diskusi mahasiswa.
Setelah mereka berdiskusi, maka setiap kelompok mendelegasikan 1 orang anggotanya untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya yang kemudian kelompok-kelompok yang lain memberikan tanggapan, dan pertanyaan kepada kelompokj yang presentasi, meskipun hanya satu yang presentasi tapi pada waktu sesi Tanya  jawab dan tanggapan maka anggota-anggota kelompok ayng lain boleh membantu menjawab pertanyaan dari kelompok yang lain.
Dari sistem diskusi tersebut, siswa-siswa menjadi aktif bicara dan kritis terhadap presentasi yang dilakukan oleh kelompok yang lain sehingga diskusi pada waktu itu menjadi aktif, hidup, dan efektif.
4. Lesson Study 12: “Refleksi Siklus IV”
Menurut pengamatan saya, mengajar di kelas XI membutuhkan kesabaran yang ekstra kuat lantaran siswa-siswanya agak bandel dan susah diatur, di samping itu, hanya 4 siswa saja yang belajar dengan sungguh-sungguh. Sedangkan yang lainnya agak kurang greget dalam menuntut ilmu.
Namun meskipun demikian, ketika mereka disuruh untuk berdiskusi maka mereka mau berdiskusi dan sebenarnya mereka tergolong siswa yang kritis. Hal itu terlihat ketika temannya presentasi maka banyak yang bertanya dan menanggapinya.


BAB 2
ANALISIS PROSES KEGIATAN NON-PEMBELAJARAN
A. Muhadharah
Setiap hari Jum’at setelah shalat Jum’at, siswa-siswi MAM 01 Malang mengadakan kegiatan ekstra kurikuler yaitu Muhadharah. Kegiatan ini diikuti oleh seluruh siswa dari kelas X samapai kelas XII. Adapun yang menjadi penanggung jawab dalam kegiatan ini adalah IPM (Ikatan Pelajar Muhammadiyah).
Saya dan teman-teman mendapat amanah dari kepala sekolah untuk mendampingi kegiatan muhadharah.  Dari awal hingga akhir kami mendampingi kegiatan tersebut.
Pada awal kali saya mendampingi, saya tercengang dan kaget dengan suasana muhadharah tersebut lantaran muhadharah yang pernah saya ikuti baik di MTs maupun di Aliyah tidak separah dengan kondisi dan situasi muhadaharah di MAM 01 Malang.
Di samping itu, juga terdapat perbedaan yang sangat menonjol, misalnya, dalam acara muhadharah biasanya ada bagian keamanan yang bertugas untuk menenangkan dan mengkondisikan peserta muhadharah yang ramai dan membuat gaduh sehingga suasana muhadharah bisa tenang dan berjalan denagn lancar, sedangkan di madrasah ini, tidak ada struktur yang khusus menangani acara muhadharah sehingga bagian-bagian yang sentral seperti keamanan tidak ada.
    Oleh karena itu, tidak heran jika suasana muhadharah menjadi ramai, siswa-siswanya ada yang membuat gaduh, tidur, dll.
    Adapun siswa-siswa yang membuat ramai dan gaduh adlah siswa-siswa kelas XII. Mereka yang melopori siswa-siswa kelas X dan kelas XI untuk membuat gaduh.
    Adapun susunan acara muhadharah di MAM 01 Malang adalah seabgai berikut:

1. Pembukaan
2. Kalam Ilahi
3. Pidato
4. Hiburan
5.Penutup
   
Dalam proses pelaksanaan kegiatan tersebut, jarang sekali guru muncul dalam kegiatan tersebut sehingga suasana menjadi ramai, banyak yang bicara sendiri, main-main, dan saling menggoda antara putra maupun putri. Hal itu terjadi lantaran, tidak ada guru yang mendampingi kegiatan tersebut. Di samping itu, IPM sendiri sebagai penangung jawab tidak memberikan contoh yang baik kepada adek-adeknya dengan cara tenang dan tidak ramai pada saat muhadharah dimulai, namun malah sebaliknya, mereka ramai dan menjadi provokator keramaian.
Situasi dan kondisi di atas menjadikan muhadharah tidak ada manfaatnya bagi siswa, lantaran setiap kali kegiatan tersebut berlangsung pasti situasinya tidak berubah yaitu ramai, main-main sendiri, ngobrol sendiri-sendiri, di belakang ada yang main gitar, dll.
Di samping itu, dalam pelaksanaan diskusi, hanya didominasi oleh siswa-siswa kelas XII sedang kelas yang lain jarang sekali berpartisipasi. Hal ini menandakan bahwa proses kaderisasi yang dilakukan oleh IPM kepada adek-adeknya kurang berhasil.

B. Piket TU
Setiap hari Sabtu, saya mendapat tugas piket TU, adapun tugasnya adalah membantu mengerjakan tugas-tugas administrative. Ketika saya piket TU, maka kadang-kadang saya disuruh memfoto copy data sekolah, memasukkan nilai ke dalam buku induk siswa, membeli materai, menulis nama guru yang diundang dalam rapat dewan guru di buku ekspedisi, serta disuruh mengetik. Di samping itu, kadang-kadang juga disuruh menyebarkan undangan ke guru-guru, disuruh beli air Aqua galon dan kerdus,
     
C. Piket Perpustakaan
Saya piket perpustakaan setiap hari Jum’at yang bertugas menjaga perpustakaan dan melayani siswa yang meminjam buku pelajaran. Biasanya siswa meminjam buku pelajaran pada waktu jam pelajaran akan dimulai dan pergantian jam pelajaran.
Kalau tidak hujan, perpustakaan dibuka namun jika hujan, maka perpustakaan ditutup karena air hujan masuk ke dalam perpustakaan lantaran atap perpustakaan terbuka sehingga wajar kalau air hujan bisa masuk. Biasanya perpustakaan banjir sehingga karpet yang dibuat untuk alas perpustakaan menhadi basah juga. Sehingga harus dikuras dan dikeluarkan airnya agar besok perpustakaannya bisa dipakai lagi. Namun jika tidak hujan maka aktifitas bisa berjalan denagn baik.
Sebenarnya piket perpustakaan itu sanagt ringan karena tugasnya hanya melayani siswa yang mau minjam buku pelajaran, setelah itu, bisa santai-santai. Adapun jam piketnya seperti piket-piket di tempat lain yaitu mulai masuk sekolah sampai berakhirnya sekolah (pulang).
Namun, kadang-kadang juga menjenuhkan apalagi kalau piket sendiri, pasti bawaannya ngantuk dan pengen tidur aja.

D. Piket KBM
Setiap hari Selasa dan Kamis saya mendapat tugas piket KBM, adapun tugasnya adalah setiap jam 07.30  masuk ke kelas-kelas untuk mendata siswa yang tidak masuk sekolah beserta keterangannya (kenapa tidak masuk sekolah), melaporkan data nama-nama siswa yang tidak masuk sekolah kepada guru piket, setelah itu, melapor ke kepala sekolah. Setiap jam 08.00 data tersebut harus sudah dilaporkan ke kepala sekolah. Tidak hanya itu, tugas piket KBM  juga harus meminta tanda tangan kepada setiap guru yang mengajar pada hari itu.
Biasanya saya mendata siswa-siswa yang tidak masuk sekolah beserta keterangan (kenapa tidak masuk sekolah),pada jam 07.30 dengan cara datang ke kelas-kelas. Setelah mendapat datanya,saya tulis di absensi guru kemudian saya laporkan kepeda guru piket dan kepala sekolah. Adapun untuk memintak tanda tangan guru yang mengajar, maka saya memilih waktu pada saat jam istirahat kemudian saya datang ke ruang guru dan memintak tanda tangan mereka. Saya memilih waktu tersebut, lantaran biasanya guru-guru ngumpul di kantor guru pada saat jam istirahat sehingga memudahkan saya untuk menyelesaikan tugas ini dengan cepat serta menghemat tenaga.

E.    Piket ruang PPL
    Setiap hari senin dan rabu, saya mendapat jatah piket di ruang PPL. Adapun tugasnya adalah memberikan surat izin masuk kepada siswa yang terlamabat, memberikan surat izin keluar kepada siswa yang memiliki keperluan di luar sekolah seperti mengambil ijazah di rumah, mengabsen siswa pada saat shalat dhuha dan dhuhur.
    Ketika saya piket, jarang sekali siswa yang memintak surat izin keluar, namun lebih banyak siswa yang memintak surat izin masuk. Dan sebelum mereka mimintak surat izin, mereka harus menghadap terlebih dahulu kepada guru piket untuk menerima hukuman bagi yang terlambat masuk sekolah setelah itu, baru mereka bisa mengambil surat izin dan memintak tanda tangan guru piket.
    Di samping itu, pada jam 08.30 saya pergi ke masjid dengan membawa absen shalat dhuha dan dhuhur karena pada waktu itu, siswa-siswa waktunya istirahat untuk shalat dhuha. Sebelum siswa-siswa datang biasanya saya wudhu terlebih dahulu karena air yang mancur dari kran itu sedikit sehingga kalau wudhunya berbarenagn dengan siswa maka bisa dipastika akan ngantri.
    Biasanya saya mengambil posisi di belakang masjid untuk mengabsen siswa, ketika siswa mau wudhu saya suruh menghadap saya terlebih dahulu untuk absen. Namun jika, semua siswa masih ada yang belum absen lantaran jam istirahat shalat dhuha sangat sedikit maka saya pending dan saya teruskan setelah shalat. Jadi setelah shalat saya kembali lagi ke posisi semula yaitu di belakang masjid untuk melanjutkan mengabsen siswa.
    Hal di atas juga saya lakukan ketika shalat dhuhur. 



BAB 3
ANALISIS HASIL
A. FGD & Technical Meeting Kelompok
Adapun hasil FGD yang kami laksanakan Pada tanggal 14 September sebagai berikut:
1. Rapat koordinasi untuk membahas RPP dilaksanakan  setiap hari minggu, jam 14.00 di masjid AR. Fachruddin
2. Pembuatan jadwal piket sekolah diserahkan kepada Mia. Adapun jadwal piket yang sudah terbentuk sebagai berikut:


NO
HARI
KBM
PERPUSTAKAAN
RUANG TU
RUANG PPL
UKS
1
Senin
Amir
Aini
Mia
Muin
-
2
Selasa
Muin
Mia
Amir
Aini
-
3
Rabu
Mia
Aini
Aini
Muin
-
4
Kamis
Muin
Aini
Amir
Mia
-
5
Jum’at
Mia
Muin
Aini
Amir
-
6
Sabtu
Aini
-
Muin
Mia
Amir

B. Penggalian Akademis
Dari proses penggalian akademik yang saya lakukan beberapa kali, maka saya menemukan beberapa permasalahan yang dihadapi oleh guru dan siswa.
Adapun permasalahan yang dihadapi oleh guru praktikan ketika mengajar di kelas XB, sebagai berikut:
1. Siswa-siswanya sering membuat gaduh dan  ramai di dalam kelas.
2. Mayoritas siswa tidak mendengarkan ketika guru praktikan menjelaskan materi tapi malah bicara sendiri denagn temannya
3. Rendahnya sikap siswa untuk menghargai dan menghormati guru
4. siswa-siswanya susah untuk dikondisikan dan diatur

Sedangkn permasalahan yang dihadapi oleh siswa XB adalah sebagai berikut:
1. Kurangnya greget dan motivasi belajar
2. Minimnya persediaan buku paket dari sekolah

Hal tersebut menjadikan pembelajaran di kelas kurang efektif dan optimal lantaran kondisi kelas sering ramai dan mayoritas siswa lebih banyak bicara sendiri-sendiri serta tidak memperhatikan ketika guru praktikan mengajar.
Adapun permasalahan yang dihadapi oleh guru praktikan ketika mengajar di kelas XI, sebagai berikut:
1. Rendahnya sikap siswa untuk menghargai dan menghormati guru
2. Siswa-siswanya agak susah diatur
3. Mayoritas siswa tidak memperhatikan ketika  guru menerangkan materi pelajaran malah bicara sendiri-sendiri

Sedangkn permasalahan yang dihadapi oleh siswa XB adalah sebagai berikut:
1. Kurangnya greget dan motivasi belajar
2. Minimnya persediaan buku paket dari sekolah
3. Lemas dan lesu dalam pembelajaran

Hal tersebut menjadikan pembelajaran di kelas kurang efektif dan optimal lantaran kurangnya greget dan motivasi belajar serta siswa-siswanya nya surah diatur dan dikondisikan. Di samping itu, siswanya juga bicara-sendiri-sendiri ketika guru praktikan menerangkan dan menjelaskan materi pelajaran.
Dengan adanya fenomena seperti itu, maka saya mempunyai beberapa saran untuk menghadapi karakteristik siswa seperti di atas, di antaranya adalah:
1. Hendaknya pembelajaran didesain 30% guru dan 70% siswa, artinya pembelajaran terpusat kepada siswa sedangkan guru hanya seabgai fasilitator saja.
2. Usahakan di dalam pembelajaran ada ice breaking sehingga siswa tidak lesu dan lemas.
3. Hendaklah guru praktikan membangun komunikasi dan hubungan emosional yang baik dengan siswa.
4. Usahakan penggunaan metode ceramah diminimalisir agar siswa tidak mudah jenuh dan bosan

C. Siklus I
Adapun yang dihasilkan dari siklus yang pertama adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui dan memahami perbedaan antara hasil belajar dengan indicator hasil belajar sehingga tidak bercampur baur antara kedua.
2. Dalam mengajar dibutuhkan kesabaran yang tinggi utamanya menghadapi siswa-siswa yang bandel dan susah diatur.
3. Seorang guru praktikan harus memiliki sikap yang tegas terhadap  siswanya namun bukan keras.
4. Banyak tulisan yang salah ketik, misalnya: QS. Al-Ankabut ditulis QS. Az-Zukhruf. Kemudian kata hasil ditulis hasul.
5. Diusahakan dalam mengetik agar lebih teliti dan berhati-hati lagi.


D. Siklus II
Adapun yang dihasilkan dari siklus yang kedua adalah sebagai berikut:
1. Harus lebih teliti dalam mengetik agar tidak banyak terdapat kesalahan mengetik
2. Praktikan harus memiliki koleksi banyak metode
3. Praktikan harus memiliki koleksi banyak ice breaking.
4.    Praktikan harus memiliki cara tersendiri untuk mengelola kelas utamanya terhadap anak-anak yang bandel, dan nakal.

E. Siklus III
Adapun yang dihasilkan dari siklus yang ketiga adalah sebagai berikut:
1. Dalam mengajar ciptakanlah suasana pembelajaran menjadi santai tapi serius, jangan terlalu tegang.
2. Praktikan harus memiliki banyak koleksi pengetahuan tentang  variasi mengajar sehingga tidak monoton dalam mengajar
3. Praktikan harus lebih memperhatikan siswa yang kurang semangat dalam pembelajaran kemudian member motivasi kepadanya.
4. Praktikan agar lebih memperjelas pertanyaanya sehingga siswa bisa lebih faham

F. Siklus IV
Adapun yang dihasilkan dari siklus yang keempat adalah sebagai berikut:
1. Seorang guru praktikan harus memiliki sikap yang sabar dalam menghadapi siswa yang bandel
2. Seorang guru praktikan hendaklah memberitahu tata cara diskusi yang baik dan efektif sehingga seluruh siswa bisa berpartisipasi di dalamnya.

G.    Kegiatan Non-Pembelajaran
1.    Muhadharah
Situasi dan kondisi muhadharah yang tidak koondusif tersebut lantaran ada 2 faktor, yaitu pertama, tidak adanya peran guru dalam melakukan pemantauan dan pengawasan atas kegiatan muhadharah tersebut. Di samping itu, juga tidak ada proses pembinaan dan pengarahan dari guru terhadap peserta muhadharah sehingga muhadharah tersebut hanya sebatas rutinitas belaka yang tidak ada pengaruh terhadap perkembangan siswa.
Kedua, rendahnya peran IPM sebagai penangung jawab muhadharah. Seharusnya IPM yang mayoritas dari siswa-siswa kelas XII bisa mengkondisikan peserta muhadharah yang ramai dan main-main sendiri. Di samping itu, pengurus IPM harus memberikan contoh perilaku yang baik kepada adek-adek kelasnya bukan malah ramai sendiri, main-main sendiri, serta membuat gado di dalam muhadharah..

2. Piket TU
Menurut hasil pengamatan saya selama ini ketika piket TU, ada masalah yang sangat mencolok, yaitu kurang harmonisnya hubungan emosional antara kepala sekolah dengan bebrapa dewan guru. Sehingga ketika kepala sekolah tidak ada di kantor maka seakan-akan guru-guru  tersebut merasa bebas, sedangkan kalau ada kepala sekolah di kantor, seakan-akan guru-guru tersebut terkekang dan tidak bebas.
Permasalahan di atas tidak bisa dibiarkan berlarut-larut karena hal tersebut aka sangat berbahaya bagi organisasi sekolah dan akan sangat mempengaruhi kinerja di sekolah. Oleh karena itu, saya menawarkan solusi yaitu kepala sekolah memanggil guru-guru tersebut kemudian memintak kritik dan saran dari mereka. Kemudian didudukkan bersama masalah yang ada kemudian mencari solusi yang terbaik untuk kedua belah pihak.  

3. Piket Perpustakaan
Meskipun piket perpustakaan tergolong ringan, tapi bukan berarti tidak ada masalah. Menurut pengamatan saya, ada bebrapa masalah yang harus ditanggulangi sehingga tidak muncul lagi, yaitu
1. Banyak buku-buku perpustakaan yang hilang
2. Atapnya bocor, sehingga kalau hujan akan banjir
3. Manajemen perpustakaan kurang bagus
4. Banyak buku-buku yang belum diberi nomor induk perpustakaan
5. Buku diktat yang ada di perpustakaan ada sebagian yang kurang layak dijadikan buku pegangan atau diktat lantaran isinya kadang-kadang tidak jelas, hal itu juga diakui oleh guru pamong saya.

4. Piket KBM
Ada beberapa kendala dan hambatan yang saya alami ketika sedang bertugas piket KBM, yaitu:
1. Tidak semua guru mengajar sampai jam istirahat.
2. Ada beberapa guru yang setelah jam mengajarnya selesai, dia mampir ke kantor guru sebentar setelah itu, langsung pulang.

Untuk mengatasi kendala-kendala di atas, maka saya memiliki solusi yang saya tawarkan sekaligus sudah pernah saya realisasikan yaitu kita harus mengetahui nama gurunya dan mengajar di kelas berapa? Setelah kita mngetahuinya, maka 5 menit sebelum jam pelajarannya berakhir, kita menunggu beliau di depan kelas sehingga pada saat beliau keluar dari kelas kita bisa langsung meminta tanda tangannya.
5.    Piket di ruang PPL
        Ada kendala yang saya alami ketika piket di ruang PPL, utamanya terkait dengan tugas mengabsen shalat, yaitu Saya merasa kesulitan jika mengabsen sendirian karena siswa yang diabsen tidak hanya satu kelas tapi 4 kelas jadinya kesusahan dalam mengabsen, kalau bahasa jawanya “kuwalaan”. Padahal kepala sekolah mengintruksikan semua kelompok PPL harus saling membantu dalam mengabsen. Meskipun kadang ada satu teman yang membantu mengabsen. Namun menurut saya, alangkah baiknya jika ada 4 orang yang mengabsen, jadi masing-masing memegang satu absen (satu kelas) sehingga bisa lebih cepat dan lancar.


BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Selama mengikuti agenda PPL yang dilaksanakan mulai tanggal 12 September 2011 sampai dengan 12 November 2011, saya mendapatkan banyak pengalaman, manfaat dan pelajaran yang berharga dalam hidup. Selama proses PPL saya berusaha menerapkan ilmu yang saya dapatkan di bangku kuliah secara maksimal, namun tidak selamanya teori-teori yang ada relevan dengan kondisi peserta didik.
Bagi saya ada sebuah kesenjangan antar teori yang diajarkan dengan realita di lapangan. Settingan yang ada di kampus hanya siswa-siswa yang baik, pendiam, penurut, rajin, dll. Sedangkan realita di lapangan berbanding terbalik, kondisi siswa suka membuat gaduh, ramai, kurang bisa menghargai guru, bicara sendiri-sendiri ketika diterangkan guru.
Fenomena tersebut sempat membuat saya kaget dan bingung dalam menentukan metode dan media pembelajaran. Karena apa yang saya pikirkan di kampus ternyata tidak sama dengan kondisi riil di lapangan.
Apalagi ditambah fasilitas sekolah yang kurang menunjang “fasilitas yang berbasis IT” dan minimnya buku paket yang disediakan oleh sekolah sehingga menjadikan permasalahan semaikin kompleks.
Adapun kekurangan saya selama di PPL utamanya dalam proses pembelajaran adalah kurang telaten dalam menghadapi siswa-siswa yang bandel dan sukai membuat gaduh.
Sedangkan kemajuan yang saya dapatkan selama PPL adalah lebih bisa memahami kondisi karakteristik peserta didik dan lebih bisa memilh metode dan media pembelajaran yang tepat dengan mempertimbangkan karakteristik siswa. Di samping itu, saya juga mengetahui cara membangun hubungan baik antara guru dengan siswa sehingga dalam pergaulan lebih bisa enjoy, nyantai, dan akrab, namun tidak menghilangkan kewibawaan kita.        
       
B. Saran
Di sini saya ingin memberikan saran kepada beberapa pihak terkait dengan PPL, agar PPL ke depan bisa lebih baik dan optimal serta maksimal, di antaranya adalah:
1. Pihak sekolah
Alangkah baiknya, jika pihak sekolah memberikan tugas-tugas atau perintah kepada mahasiswa praktikan yang bersifat administrasi sehingga mahasiswa praktikan mendapatkan pengalaman yang lebih tentang dunia administrasi. Adapun untuk tugas-tugas non administrasi alangkah baiknya tidak usah diberikan kepada mahasiswa praktikan.
2. Dosen pembimbing
Alangkah baiknya jika dosen pendamping menjenguk mahasiswa PPL nya di sekolah, bukan hanya mengantar dan menjemput mahasiswa PPL. Sehingga fungsi dosen pembimbing itu bisa dirasakan oleh mahasiswa.
3. Lab.tarbiyah
Pihak Lab. Harus memberitahu kepada pihak sekolah tentang tugas-tugas dan kewajiban mahasiswa PPL sebelum pelaksanaan PPL dimulai agar tidak terjadi salah pemahaman tentang tugas dan kewajiban mahasiswa PPL anatara pihak sekolah dengan mahasiswa.
Di sampng itu, pihak Lab. Harus menyamakan persepsi di antara dosen pendamping sehingga tidak terjadi salah pemahaman antara pihak Lab dengan dosen. Sehingga apa yang dikatakan oleh Lab itu sama dengan apa yang dikatakan oleh dosen.  


LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Silabus Mata Pelajaran
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
3. Berbagai Instrument Hasil Pengamatan Rekan Praktikan (Hasil Lesson Study)
4. Catatan Belajar Harian
5. Dokumentasi Photo kegiatan
6. Curriculum Vitae



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari kita membaca dengan hati plus mata